Calon Walikota Solo 2024: Teguh Prakosa dan Bambang Nugroho Kenakan Batik Daun Sirih sebagai Simbol Persatuan.
Pilkada Solo 2024 semakin dekat, dan berbagai cara dilakukan oleh para calon walikota untuk menarik perhatian masyarakat. Salah satu langkah unik yang dilakukan oleh pasangan calon walikota Solo nomor urut 1, Teguh Prakosa dan Bambang Nugroho, adalah melalui pemilihan motif pakaian yang mereka kenakan. Keduanya kompak mengenakan kemeja batik dengan motif daun sirih, yang memiliki makna mendalam.
Pertama kali, kemeja ini terlihat saat acara pengundian nomor urut di Hotel Harris Solo pada 23 September 2024. Kemudian, kemeja serupa juga dikenakan pada baliho yang dipasang di Simpang Lima Sate Dahlan, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari. Kemeja ini ternyata bukan sekadar pakaian biasa, melainkan sebuah simbol penting dalam kampanye mereka.
Makna di Balik Batik Daun Sirih
Batik yang dikenakan oleh Teguh dan Bambang ini dikenal dengan nama “Batik Godhong Suruh Temu Rose”. Batik ini dipilih bukan tanpa alasan. Menurut narasi yang disampaikan oleh tim kampanye Teguh Prakosa, motif daun sirih melambangkan persatuan dan kesatuan. Kemeja ini diharapkan bisa menjadi simbol kuat untuk menyatukan semua elemen masyarakat Solo, dengan tujuan utama meningkatkan pembangunan kota Solo.
“Batik godhong suruh temu rose merupakan simbol persatuan dan kesatuan di mana kita harus tetap bersatu, bergandengan tangan, bertemu rasa untuk meningkatkan pembangunan di Solo agar lebih baik lagi,” demikian bunyi narasi dalam salah satu unggahan media sosial terkait batik ini.
Simbol Kebermanfaatan untuk Masyarakat
Dalam wawancara yang dilakukan pada 1 Oktober 2024 di Selter Manahan Solo, Teguh Prakosa menjelaskan lebih lanjut tentang makna di balik pemilihan motif daun sirih tersebut. Menurutnya, daun sirih telah lama dikenal sebagai tanaman yang memberikan banyak manfaat bagi kesehatan, terutama di masa lampau. Salah satu manfaatnya adalah membersihkan mata agar tetap sehat dan segar.
“Suruh itu digunakan untuk nginang, zaman dulu digunakan oleh orang-orang tua,” jelas Teguh. Dia juga menambahkan bahwa filosofi dari daun sirih ini adalah tentang kebermanfaatan. “Bahwa hidup itu harus bermanfaat. Kuncine kan kuwi. Apalagi dadi pemimpin. Yen ora bermanfaat ya aja dadi pemimpin,” kata Teguh.
Mengapa Memilih Daun Sirih?
Teguh mengakui bahwa pemilihan motif daun sirih untuk batik mereka bukanlah hal yang sederhana. Ketika ditanya alasan di balik pemilihan motif ini, Teguh menjelaskan bahwa ia ingin memilih motif yang memiliki makna kebermanfaatan bagi banyak orang. “Suruh ini manfaatnya banyak. Coba cari motif yang bermanfaat untuk semua bagiannya,” ujar Teguh.
Sempat ada usulan untuk memilih motif daun pisang, tetapi Teguh tidak setuju karena menurutnya daun pisang terlalu besar dan tidak mewakili simbol manfaat yang sama dengan daun sirih. “Nek godhong gedhang ya kegeden ta,” tambahnya dengan nada santai.
Harapan untuk Masa Depan Solo
Melalui penggunaan motif batik daun sirih, Teguh dan Bambang ingin menyampaikan pesan bahwa seorang pemimpin harus bermanfaat bagi semua orang. Mereka percaya bahwa dengan semangat persatuan dan kebermanfaatan, Solo bisa terus berkembang menjadi kota yang lebih baik. Pilkada Solo 2024 bukan hanya soal memilih pemimpin, tetapi juga tentang masa depan Solo yang lebih sejahtera.
Dengan kampanye yang menyentuh aspek-aspek budaya lokal seperti batik, Teguh dan Bambang berharap bisa mendapatkan dukungan luas dari masyarakat. Mereka ingin menjadi simbol persatuan yang dapat memimpin Solo menuju masa depan yang lebih cerah.